Insecure; Tantangan Sarjana Menghadapi Dunia Kerja

menghadapi dunia kerja
Para sarjana muda masih melewati tahap kehidupan selanjutnya. Setelah lulus, ada beberapa yang belum siap hadapi dunia kerja sebenarnya.

Dukref NewsSeseorang dituntut untuk bekerja dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupannya. Tidak hanya dari sisi finansial saja, bekerja memberikan dampak positif pada raga dan jiwa manusia. Sebab, dengan bekerja seseorang akan secara kontinu bergerak dan berinteraksi dengan orang lain serta mudah menjadi pribadi yang terbuka.

Selain itu, setiap orang tentu menginginkan pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kualifikasi kemampuannya. Hal itu pun yang kemudian menjadi tolak ukur sebagian besar calon mahasiswa dalam menentukan jurusan yang akan digelutinya di jenjang perguruan tinggi.

Gaji besar dan tempat kerja yang nyaman lagi menyenangkan tentu menjadi dambaan setiap lulusan perguruan tinggi. Hanya saja, mendapatkan pekerjaan yang ideal tentu tidaklah mudah. Apalagi, jumlah lapangan kerja di Indonesia cukup terbatas, terutama di sektor dengan klasifikasi lulusan yang lumayan banyak jumlahnya. Semisal, sektor pendidikan. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021 jumlah penyelenggara pendidikan formal di seluruh Indonesia mencapai 217.283. Sementara berdasarkan laporan Statistik Perguruan Tinggi PDDIKTI Kemdikbud, total lulusan perguruan tinggi di bidang pendidikan tahun 2020 berjumlah 335.190, sekitar 21,39 persen dari total lulusan di segala bidang. Itu artinya, jika satu sekolah hanya membuka lowongan untuk satu orang lulusan, maka ada 117.907 lulusan pendidikan tahun 2020 yang akan menganggur. 

Tahun 2020, lulusan di sektor pendidikan memang lebih mendominasi. Bidang lain, seperti ekonomi dengan 290.496 lulusan, teknik dengan 245.882 lulusan, kesehatan dengan 238.861 lulusan, sosial dengan 214.192 lulusan, pertanian dengan 67.191 lulusan, MIPA dengan 63.559 lulusan, agama dengan 39.960 lulusan, humaniora dengan 24,701 lulusan dan  bidang seni dengan 15.042 lulusan. Dengan lulusan sebanyak itu, bisa dikatakan mustahil setiap lulusan akan mampu mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bidang keahliannya. Sehingga persaingan di dunia kerja akan sangat ketat dan mendapatkan tuntutan yang cukup.

Di samping itu, memasuki dunia kerja di era revolusi industri 4.0. ini, tidak cukup berbekal kemampuan akademik yang diperoleh selama mengenyam bangku kuliah. Indeks Prestasi Akademik (IPK) dengan predikat sempurna tidak menjadi jaminan mudahnya seorang lulusan mendapatkan pekerjaan yang nyaman. Selain kemampuan akademik, seseorang juga harus ditopang dengan beragam skill yang akan membantunya dalam bekerja. Mulai dari  organization skills (kemampuan mengorganisasi), coordination skiils (kemampuan berkoordinasi), negotiating skills (kemampuan bernegosiasi), dan adapting skills (kemampuan beradaptasi).

Keempat kemampuan tadi akan secara perlahan dimiliki seiring dengan berjalannya waktu. Dengan syarat, harus ada keberanian untuk mengambil resiko, tidak merasa was-was dan khawatir menghadapi tantangan, dan senantiasa teguh pendirian pada prinsip hidup yang diyakininya.

Namun, bagi pekerja pemula, rasa tidak percaya diri (insecure) sering kali hadir sehingga mengganggu konsentrasi pekerjaan dan malah menjadikannya berantakan. Seseorang yang telah mengalami insecure akan merasa ragu, takut salah, bimbang, cemas dalam mengambil keputusan, hingga merasa terancam pekerjaannya akan direbut orang lain. Pikiran-pikiran negatif akan bermunculan yang justru menjadi bumerang tersendiri bagi keberlansungan karir pekerjaannya.

Berikut ini kiat-kiat untuk mengatasi rasa insecure bagi lulusan perguruan tinggi yang hendak menginjakkan kaki di dunia kerja;

Kenali Dirimu dan Habitat Kerjamu

Merasa nyaman dalam bekerja tidak selamanya dapat diukur dengan besaran gaji yang didapatkan. Rasa aman dan nyaman terkadang timbul dari keselarasan antar pekerja sekaligus tempat kerja mereka. Seseorang terkadang merasa insecure lantaran hubungan dengan rekan kerjanya tidak terbuka. Apalagi terjadi persaingan kerja yang tidak sehat, seperti saling menjelekkan atau menjatuhkan. Oleh karena itu, seseorang perlu mengenali karakter dirinya dan rekan-rekan kerjanya. Jika memang sudah merasa tidak nyaman, mencari pekerjaan lain dapat menjadi solusinya.

Selalu Berpikiran Positif

Berpikir positif adalah sumber kebaikan. Berpikir positif akan memengaruhi daya pikir, imajinasi dan kreativitas seseorang. Kehidupan seseorang yang senantiasa berpikiran positif akan lebih berwarna. Prasangka buruk dan kekhawatiran terhadap keadaan sekitar akan sirna secara perlahan.

Menyusun Target yang Ingin Dicapai

Dalam menekuni karir atau bekerja, seseorang tentu tidak ingin berakhir sia-sia. Harus ada target yang menjadi titik akhir dari perjalanan karirnya. Semua itu dapat dimulai dari target-target kecil dalam jangka waktu yang relatif singkat, dan terus mengalami peningkatan seiring berjalannya waktu. Semua itu pun harus diupayakan secara bertahap dengan perencanaan yang matang, step by step.

Berani Gagal

Kegagalan adalah perkara lumrah dalam kehidupan. Seseorang yang tidak pernah menemui kegagalan, itu artinya ia tidak pernah merasakan manisnya keberhasilan. Totalitas dalam bekerja sudah cukup jadi modal awal untuk menghindari kegagalan. Namun, apabila kegagalan tetap datang tanpa diundang, percayalah bahwa itu bukanlah akhir dari perjuangan.

Seseorang yang masih mengalami insecure di dunia kerja akan semakin tertinggal. Di saat orang lain telah berlari menuju puncak, dia hanya akan duduk termenung dan tidak berani hanya untuk sekadar melangkah. Oleh karena itu, masih bangun rasa percaya diri kita, karena setiap orang yang terlahir ke dunia pastilah mempunyai peluang kesuksesan yang sama.

Ditulis oleh: Moh. Abdul Majid

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *