Dukref News – Pandemi Covid-19 telah mengubah pola pendidikan. Awalnya, proses belajar mengajar dilakukan dengan cara tatap muka. Namun saat ini proses belajar mengajar dilakukan dari jarak jauh dengan memanfaatkan jaringan internet, serta teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Bagaimana Tantangan Dudia Pendidikan di Masa Pandemi?
Dari sisi manfaat, pembelajaran jarak jauh (PJJ) telah mengarahkan proses pendidikan di tanah air menuju digitalisasi. Namun di sisi lain juga menimbulkan hambatan. Untuk daerah yang mengalami kendala akses internet dan hiburan karena tingkat ekonomi masyarakat yang rendah, PJJ cukup sulit dilakukan. Selain itu, proses belajar mengajar yang membutuhkan praktik langsung juga menemui kendala.
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Mutu Pendidikan dan Moderasi Keagamaan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Sartono menjelaskan, untuk mengatasi hal tersebut diperlukan inovasi, terutama oleh guru dan sekolah dalam memanfaatkan keadaan yang terbatas.
Hal itu dijelaskan Deputi Agus saat memberikan arahan dalam ‘Sosialisasi Terobosan Pemanfaatan TIK Sederhana Mengatasi Hambatan PJJ’, dengan berani melalui aplikasi zoom dan dihadiri ratusan perwakilan sekolah dari berbagai daerah.
“Inisiatif dari sekolah sangat dibutuhkan. Dengan menggunakan tiga pendekatan yang diamanatkan oleh Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan, konsep 3N yaitu Niteni, Niroke, dan Nambahi yang melibatkan mengamati, meniru, dan menambahkan. Pendekatan ini dapat dilakukan, “jelasnya.
Lebih lanjut beliau menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk menjadikan generasi penerus bangsa yang cerdas, dan membentuk karakter bangsa yang berbudaya. Dengan demikian, setiap tantangan harus diatasi dan menjadi tanggung jawab bersama. Semua orang, kata Agus, harus menjadi guru yang bisa mencerdaskan anak bangsa.
“Siapa yang bertanggung jawab? Jawabannya adalah guru. Makanya setiap kita adalah guru. Jadi bukan hanya dosen atau guru di sekolah, kita semua harus menjadi guru,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, sosiolog Universitas Indonesia Imam Prasodjo sependapat dengan penjelasan Wakil Agus Sartono. Ia mengatakan bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab guru, tetapi juga tanggung jawab seluruh elemen masyarakat. Menurutnya, masa pandemi ini memiliki hikmah untuk melakukan gerakan agar setiap orang bisa menjadi guru bagi anak-anak agar proses pendidikan tidak terhenti meski berbagai kendala.
Menurut Imam, untuk itu perlu ada pemetaan untuk menyeleksi orang-orang terbaik yang bisa dilibatkan untuk mendidik dan membimbing anak, mulai dari lingkungan keluarga seperti orang tua, kakak, adik, maupun pihak luar seperti melibatkan diri. mahasiswa untuk mempraktekkan KKN dengan mengajar di daerah yang aksesnya terbatas.
“Makanya pemetaan itu sangat penting. Kalau orang-orang terpelajar atau jagoan bisa dikerahkan, membuat desa bisa menyelamatkan anak-anak kita. Katakanlah guru tidak punya akses internet tapi dia punya partner di area anak, bahkan kakak laki-laki dan orang tua yang lebih bertanggung jawab,” jelas Priest.
Untuk memperkuat teknologi, tim dari Yayasan Nurani Dunia mengembangkan inovasi penggunaan TIK sederhana yang diterapkan di SMP N 3 Tegalwaru dan SMK N 1 Tegalwaru Purwakarta. Pengembangan dan implementasi inovasi TIK sederhana ini diawasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan bekerja sama dengan aktivis pendidikan ITB dan UNPAD.
Inovasi yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan perangkat sederhana untuk media pembelajaran oleh guru seperti menggunakan TV. Dengan disambungkan ke handphone atau laptop maka anak-anak yang bermasalah dengan memiliki perangkat dapat belajar secara online dan dengan protokol kesehatan yang di bimbing.
Selain itu, World Conscience Foundation juga melakukan sosialisasi kepada guru agar dapat menyiapkan konten pembelajaran yang interaktif agar siswa tidak merasa bosan dan lebih mudah memahami dalam proses pembelajaran. Keterlibatan keluarga, kepada siswa juga diperlukan untuk membimbing siswa. Inovasi ini bisa menjadi alternatif dalam proses PJJ (pembelajaran jarak jauh) dan dapat diterapkan oleh pihak sekolah.
Masa pandemi ini dapat melatih dan menanamkan kebiasaan menjadi pembelajar mandiri melalui berbagai kelas pemberani atau webinar yang diikuti oleh mahasiswa. Selain itu, siswa juga dapat bekerja sama dengan orang lain untuk memecahkan masalah dalam belajar dan menghadapi masalah nyata yang ada.
Kondisi pandemi Covid-19 juga memaksa para pemangku kepentingan di bidang pendidikan untuk menyesuaikan kebijakan masing-masing dalam menjalankan proses pembelajaran.